Menyoal Pembatasan Tahun Produksi Motor di Arena Balap Tanah Air
Manajer
Motorsport Yamaha Indonesia, Supriyanto, angkat bicara mengenai isu
regulasi di tubuh IMI (Ikatan Motor Indonesia), menyangkut adanya
gugatan dari pihak tertentu untuk membatasi tahun pembuatan motor yang
digunakan dalam balapan. Kenapa Yamaha perlu berkomentar, sebab gugatan
ini menyangkut nasib Yamaha Jupiter Z keluaran tahun 2008 yang saat ini
masih digunakan oleh tim-tim Yamaha, baik pabrikan maupun privateer.
Perlu diketahui, Jupiter Z adalah motor yang sangat terkenal
kedigdayaannya di lintasan, yang telah terbukti lewat berbagai
kejuaraan. bergengsi Gugatan tersebut dinilai Supriyanto tidak relevan,
“Alasannya tidak mendasar, dan justru akan membuat dunia balap kita akan
sepi”.
Sepi? Tentu saja, karena peraturan tersebut mengancam keberlangsungan hidup tim-tim kecil dan privateer.
Perlu diketahui, lebih dari 65% pebalap di Indonesia menggunakan brand
Yamaha. Jika peraturan diwujudkan, maka kemungkinan besar hanya motor
yang diproduksi lima tahun ke belakang yang boleh dipakai di arena balap
tahun depan. Padahal saat ini bahkan masih ada pebalap privateer
yang setia memakai Jupiter Z keluaran tahun 2003. Bukan berarti mau
terus-terusan memakai motor lama, namun hal ini tidak sehat bagi kocek
tim, karena mereka seakan dipaksa harus investasi lagi. Selain harus
membeli motor baru, mereka juga harus melakukan riset dari awal, yang
tentunya membutuhkan banyak dana, juga makan waktu. “Terlalu memberatkan
tim privateer seperti kami” komentar sebuah akun bernama Yudi Supriadi di Facebook.
“(Para pelaku) justru akan beralih ke
event balap lain,” tukas Supriyanto. Ya, bahkan bukan tidak mungkin
privateer akan lari ke jalanan menjadi pebalap liar, karena tidak kuat
modal untuk ikut balap resmi. Inilah salah satu kemungkinan terburuk
yang paling ditakutkan, yang juga tidak sesuai dengan apa yang telah
diupayakan Yamaha selama ini lewat Yamaha Cup Race untuk mengajak para
pebalap liar membalap di tempat yang benar. Lalu bagaimana, masak harus
berhenti balap? Tentu saja bukan itu pemecahannya. “Hal ini kita
kembalikan ke IMI yang harus jeli dan adil dalam menyikapi, apakah harus
mengorbankan tim kecil. Kami dari Yamaha jelas menolak usulan itu,
karena sekali lagi, alasannya tidak mendasar” tegasnya lagi. M. Abidin
selaku General Manager Motorsport Yamaha, di lain kesempatan juga
menambahkan bahwa balapan itu milik anak muda yang penuh passion. “Jadi
harus fun, tidak boleh dipolitisir dan tidak boleh memberatkan”.
Sementara itu, Oke Junjunan, pemilik tim
Kartika HRP Junjunan menyatakan bahwa untuk prestasi pebalap harus
mengikuti teknologi. Menurutnya, mungkin saja dengan pembatasan tahun
pebalap bisa mengikuti teknologi terbaru. “Kalau tim kami, mengikuti apa
yang menjadi keputusan saja,” tambahnya mengisyaratkan sikap netral.
Sementara di lain pihak, Yamaha Yamalube KYT SND mengusulkan
penangguhan. “Alangkah bagusnya kalau masih ada dua tahun lagi untuk
riset,” komentar Rizza Miftah selaku manager. Ia sendiri sebenarnya
mengaku tidak masalah dengan regulasi tersebut, selama Yamaha memberi
support spare part dan pembelajaran teknologi FI yang dipakai Jupiter Z1
kepada setiap tim dan mekanik, demi semakin berkembangnya riset-riset
yang berjalan di tim Yamaha.
Pihak Yamaha sendiri menunjukan
sinyalemen positif atas hal ini, Supriyanto mengungkapkan, bahwa Yamaha
akan memberikan dukungan dan perhatian untuk tim-tim Yamaha maupun
privateer. “Kita akan melakukan sharing teknologi ke tim-tim, baik dari
segi EDC ke mekanik maupun ke rider. Kita sebagai ATPM pasti memberikan
support ke mereka tetapi bertahap dan secara prioritas, terutama kepada
tim-tim yang kita support, baik transfer teknologi FI lewat YTA (Yamaha Technical Academy), pengadaan spare part, dan sebagainya” bebernya. Sedikit banyak, tentu saja hal ini bisa memberikan angin segar bagi tim-tim kecil dan privateer.
Apalagi Jumat lalu (1/3), di Sentul Kecil, Yamaha dengan bangga telah
mempertontonkan kesiapan Jupiter Z1 Racing yang telah dibangun bersama
YMC dalam sebuah uji coba yang hasilnya sangat positif, rata-rata 58
detik dalam 20 lap. Meski biaya yang telah dikeluarkan Yamaha tidak
sedikit, namun hasilnya adalah teknologi terdepan berbiaya murah yang
diharapkan dapat sesuai dengan kemampuan semua tim.
Kembali ke soal regulasi, tetap perlu
dipertanyakan kembali seberapa besar urgensi dari peraturan tersebut.
Apakah lebih penting dari keberlangsungan hidup tim-tim kecil dan privateer? Jangan sampai mereka memutuskan berhenti atau bahkan jadi pebalap liar. Semoga hal ini dapat menjadi renungan kita bersama.
0 komentar:
Posting Komentar